Di awal 2020, dunia dikejutkan dengan
ditemukannya virus baru yang disebut
Corona Virus Disease 2019 atau Covid-19.
Kasus pertama ditemukan di Provinsi Hubei,
Tiongkok. Pada saat virus masih hanya
terkonsentrasi di daratan Tiongkok, ekonomi
dunia sudah dihadapkan pada meningkatnya
ketidakpastian ekonomi global, mengingat
kontribusi Tiongkok saat ini sebesar 12,81
persen pada rantai pasokan barang dunia.
Saat ini, Covid-19 telah menyebar di lebih 200
negara. Penyebaran Covid-19 di luar daratan
Tiongkok tersebut menciptakan ketidakpastian ekonomi global yang
makin membuncah, akibatnya ekonomi global sudah
di ambang resesi.
Terganggunya rantai pasok global, permintaan dunia yang terkoreksi ke
bawah, tertekannya nilai tukar di berbagai
negara serta melemahnya keyakinan pelaku global merupakan dampak
luar biasa yang disebabkan oleh penyebaran
virus ini. Alhasil, beberapa lembaga megoreksi tajam pertumbuhan
ekonomi dunia 2020. The Economist Intelligence Unit
(EIU) memperoyeksi pertumbuhan dunia 2020 terkontraksi tajam sebesar
minus 2,2 persen, dikoreksi sangat tajam
dibandingkan proyeksi sebelum pandemi sebesar 2,3 persen2. Senada
dengan EIU, International Monetary Fund (IMF)
juga memproyeksi pertumbuhan ekonomi dunia 2020 akan terkontraksi
tajam hingga minus 3 persen, jauh dari angka
proyeksi sebelumnya yang mencapai 3 persen3
.
Pertumbuhan ekonomi dunia yang terkontraksi tajam tersebut, juga akan
memberikan tekanan yang luar biasa bagi
perekonomian Indonesia. The Economist Intelligence Unit memprediksi
ekonomi Indonesia 2020 hanya mampu bertumbuh
1 persen dan Asian Development Bank memprediksi sebesar 2,5 persen.
Sedangkan Bank Dunia memprediksi ekonomi
Indonesia dapat mengalami kontraksi yang cukup dalam, yakni minus 3,5
persen hingga 2,1 persen. Relatif sama dengan
Bank Dunia, pemerintah juga memprediksi pertumbuhan ekonomi
Indonesia 2020 dengan skenario terburuk dapat
mencapai minus 0,4 persen dan skenario optimis mencapai 2,3 persen .
Skenario optimis tersebut dapat terwujud dengan
harapan titik puncak efek pandemi Covid-19 ini berakhir di kuartal kedua,
dan ekonomi pada kuartal ketiga sudah mulai
recovery hingga kuartal keempat. Artinya, proyeksi optimis tersebut
sangat bergantung pada titik puncak pandemi Covid-
19. Kinerja perekonomian nasional yang diprediksi terkontraksi tajam di
sepanjang 2020, akan berimbas pada turunnya
penerimaan negara yang sangat signifikan juga.